LUWU UTARA, INPUTSULSEL.com–Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Luwu Utara siap menjadi bagian terdepan mengawal kasus hingga tuntas jika ditemukan ada kegiatan pengrusakan hutan yang mengakibatkan banjir bandang yang menyapu sebagian wilayah kota Masamba dan desa Radda kecamatan Baebunta. Hal ini ditegaskan Bupati Indah Putri Indriani saat meninjau titik longsor yang menyebabkan banjir bandang, Sabtu (18/7/2020), di desa Lero, Masamba. Bupati perempuan pertama di Sulsel ini meninjau titik longsor menggunakan motor.
“Kalau pun nanti ditemukan ada upaya pengrusakan hutan, maka pemerintah daerah akan menjadi bagian terdepan yang akan mengawal kasus tersebut hingga tuntas,” tegas Indah. Meski begitu, ia menyebutkan, dugaan awal terjadinya banjir bandang adalah murni karena bencana alam, bukan karena adanya aktivitas alih fungsi lahan. “Setelah mendengar informasi, untuk sementara bisa disimpulkan bahwa kejadian ini murni bencana alam, tapi kita masih tetap menunggu hasil penelitiannya,” ucap Indah.
Sementara itu, salah seorang warga desa, Aliyas (65), menyebutkan, sebelum kejadian, ada dua gunung yang mengalami longsor, yaitu gunung Lero dan Magandang. Menurut dia, longsor di dua gunung inilah yang mengakibatkan banjir bandang yang menerjang kota Masamba dan Radda beberapa hari yang lalu,” sebut dia. Terkait pembalakan hutan untuk menjadi lokasi penanaman kelapa sawit, Aliyas membantah hal itu.
Ia menerangkan bahwa titik terjadinya longsor memiliki kondisi yang sangat terjal dan sangat susah untuk diakses. “Titik longsor sangat terjal dan sangat susah akses ke sana. Jadi, jangankan kebun kelapa sawit, untuk kebun tanaman lainnya pun dari nenek moyang kami, belum ada yang pernah sampai ke daerah tersebut,” tegas dia. Dalam peninjauan kali ini ini, Bupati Indah Putri Indriani juga melakukan penyaluran bantuan kebutuhan pokok kepada warga terdampak yang berada di desa Lero kecamatan Masamba.
Sebelumnya, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Doni Monardo, juga menyebutkan, kejadian banjir bandang kemarin faktor utamanya adalah curah hujan yang sangat tinggi selama dua hari, 12 dan 13 Juli 2020, sebelum bencana terjadi. “Secara teknis, data yang kita kumpulkan masih belum lengkap, tapi paling tidak, kemungkinan faktor pertama adalah sudah pasti karena curah hujan yang sangat tinggi yang mengakibatkan air hujan sangat berlimpah saat itu,” kata Doni ketika menyalurkan bantuan bencana, Jumat 17 Juli 2020 di Masamba. (AG)