Kini Rambah Pasar Eropa, Pemda Dorong Perlindungan Indikasi Geografis untuk Kopi Seko

Uncategorized169 Dilihat

Luwu Utara, INPUTSULSEL.COM — Kecamatan Seko menjadi salah satu lokasi yang dipilih untuk menjadikan Luwu Utara sebagai kawasan khusus ekonomi pangan.

Hal itu disampaikan Bupati Luwu Utara, Indah Putri Indriani, saat kunjungan kerja dan bersilaturahim dengan masyarakat Seko, Sabtu (12/6) lalu.

“Di Seko kita punya coklat, kopi, dan juga komoditi beras yang unggul seperti tarone dan dambo dengan berbagai macam jenis turunannya. Ini yang akan kita lindungi, kita berharap kebijakan pemerintah dapat menjadikan daerah ini bersama Rongkong dan Rampi sebagai kawasan pertanian tanpa pestisida. Dalam artian kawasan pertanian organik dapat kita pertahankan. Sebab bukan soal banyak-banyakan produksinya tapi soal kualitas yang unggul.
Ituadi komitmen kita, tapi janji tolong jangan pakai pupuk kimia,” kata Indah.

Ke depan, Indah berharap ada intervensi teknologi melalui kerjasama dengan Science Techno Park Unhas.

“Saya sampaikan mudah-mudahan dengan pembangunan irigasi yang ada, kemudian kita harapkan intervensi teknologi melalui STP Unhas, kita harapkan panennya tidak hanya sekali setahun, tapi bisa 3 kali 2 tahun sehingga nilai lebihnya dirasakan masyarakat petani,” harap bupati yang tak malu disebut anak petani ini.

Selain itu, Pemda juga tengah mendorong perlindungan indikasi geografis untuk kopi Seko.

“Selain komitmen untuk mendorong pemanfaatan pupuk organik, komitmen yang kita bangun juga adalah perlindungan indikasi geografis.
Salah satunya adalah kopi Seko yang dimulai dengan arabica. Ini tahun ketiga kita kerjasama dengan BPPT dan LP2M Unhas, sebab kita butuh hak paten. Kopinya tidak dimiliki orang/orang, tapi warga Seko, komunitas. Sehingga ketika bibitnya yang masih terjaga ditanam di daerah lain, atau diproduksi secara massal, maka dia harus bayar kepada masyarakat Seko yang memiliki hak paten. Perlindungan indikasi geografis ini kita harapkan tuntas akhir tahun, dan ke depan setelah kopi, kita akan dorong hak paten untuk berasnya,” jelas Indah.

Mewakili masyarakat Seko, Pdt. Daniel R. Tahima menuturkan harapan masyarakat bahwa pertanian di Seko bisa bersaing.

“Banyak hal yang kami syukuri, diantaranya jalan yang membuat kami awalnya biasa tembus 2 hari 2 malam, sekarang 7 -9 jam sudah bisa kami tiba di Masamba. Kami syukuri karena program pembangunan jalan tidak bisa jika pemerintah tidak peduli terhadap kami di daerah terpencil. Mewakili masyarakat kami harus mengatakan bahwa sangat bangga memiliki bupati perempuan yang tiap kali datang tersenyum dan gampang berkomunikasi dengan kami. Harapan kami ke depan, bus DAMRI bisa sampai ke Seko dan berharap pertanian bisa bersaing,” tutur Pdt. Daniel. (Rn)

Komentar