Luwu Utara, INPUTSULSEL.COM — Namanya Sukri Andi, lahir 1 September 1994 di Desa Komba, Kecamatan Rongkong, salah satu daerah terpencil di Luwu Utara.
Saat ini, Sukri Andi sudah memasuki tahun ketiganya bertani di Negeri Sakura, Jepang, tepatnya di Prefecture Gunma.
“Awalnya, saya mengikuti seleksi pada 2017 lalu, diusul dari kabupaten, lulus lagi di tingkat nasional kemudian magang, hingga akhirnya pada 2018 lalu, saya diberangkatkan magang di Jepang untuk kontrak kerja selama tiga tahun. Saya ditempatkan di Strawberry Farm. Jadi aktifitasnya seputar pembudidayaan strawberry. Awalnya saya menggeluti komoditi sayuran, tapi di sini strawberry dikelompokkan ke dalam sayuran, selain itu juga budidaya horensou, brokoli, terong, dan edadame. Sistem kerjanya maksimal 45 jam/minggu,” kata Sukri, yang dikonfirmasi via media sosial Facebooknya “Sukri Andi Ukhy”, Rabu (10/03/2021).
Kendati dari daerah terpencil di Luwu Utara, Sukri Andi mengaku sudah bisa beradaptasi di Negeri Sakura itu.
“Iya, pertama kali kalau masalah penyesuaian hidup awalnya memang sulit karena memang beda budaya, yang paling susah itu karena bahasa, tapi seiring berjalannya waktu malah sudah makin betah disini. Tapi, tentu rasa rindu pulang ke kampung halaman pasti selalu ada, terutama rindu keluarga, dan saya lihat di Rongkong maju lebih pesat dibanding tiga tahun lalu,” terang petani milenial yang karib disapa Ukhy ini.
Soal rencana ke depan, Ukhy menarget akan pulang pada bulan Agustus tahun ini, dan Ia siap memberi edukasi utamanya ke petani di Luwu Utara.
“Rencananya pulang ke kampung untuk mulai buat usaha pertanian dan juga memberikan edukasi ke teman-teman, utamanya petani muda tentang apa yang saya pelajari di sini. Mulai dari sistemnya yang masih sangat jauh berbeda mulai dari proses pengolahan sampai pascapanen, semua sudah terstruktur, apalagi dibantu dengan teknologi. Soal ada beberapa anggapan mereka juga tidak bisa kita salahkan sepenuhnya mengenai pertanian memang harus berurusan dengan sawah, lumpur dan sebagainya, namun di jaman sekarang, pertanian sudah tidak serumit dulu yang harus benar-benar mengandalkan tenaga manusia. Sudah ada teknologi yang membantu kita dalam proses budidaya,” pesan Ukhy.
Sementara itu, soal petani, Bupati Indah berpesan kepada anak muda agar tidak malu menjadi petani.
“Saya harap, ini sekaligus menjadi motivasi bagi kita semua, jangan malu menjadi petani, jangan pernah anggap remeh pekerjaan sebagai petani, karena sesungguhnya kita semua hidup dari sektor ini. Para petani adalah pahlawan pangan dan jangan disangka petani tidak bisa jalan-jalan ke luar negeri. Kita berharap, setelah pulang kerja di Jepang, Sukri dan 2 lagi petani milenial yang akan menyusul ke sana, memiliki pengetahuan dan wawasan yang bisa berkontribusi, tidak hanya untuk dirinya, tapi juga sektor pertanian secara umum. Terutama pembinaan kepada petani kita.
Apalagi, ini juga sejalan dengan program Kementerian Pertanian RI yang akan merekrut 2,5 juta petani milenial,” tutur Bupati Indah yang juga tak malu disebut sebagai anak petani ini. (Rn)
Komentar