INPUTSULSEL. COM — “Eh siapa itu yang sering di Adira. Agak gondrong belakang dikit, sering bawa tas merah?”
“Polisi kah?” Lanjut seorang kawan bertanya kepadaku.
Saya menjawab, bahwa dia memang adalah seorang Intel Polisi. Kawanku itu mengatakan, saya pikir dia anak muda sekitaran sini yang sering datang ngopi di Adira. Betul-betul berhasil menjadi seorang intel, katanya.
Saya sendiri mulai akrab dengan Aswan sejak tahun 2013 silam. Keakraban mulai terbangun dari kesamaan teman-teman pecinta bola yang sering hadir nonton bareng di Warkop Teras Adira.
Aswan adalah penggemar atau fans club asal Manchester, Inggris. Lebih tepatnya Manchester United, atau lebih dikenal dengan istilah Red Devil.
Itulah alasan dia menjadi menggemar warna merah. Sehingga mungkin itu juga yang menjadikan dia sering membawa tas pinggang warna merah.
Nah, melalui kesamaan kegemaran itulah maka dibentuk Komunitas Rumah Bola. Saya sendiri mewakili fans Real Madrid.
Yang menarik menurut saya adalah, ada beberapa anggota komunitas yang awalnya masih sering dalam kenakalan anak muda. Namun seiring waktu, perlahan meninggalkan kebiasaan lama seperti mabuk-mabukan, atau ikut tawuran. Sebab ada juga rasa segan kepada kawan-kawan polisi yang tergabung dalam komunitas. Salah satunya Aswan Raharja. Sebab dia, tidak jarang melakukan pendekatan kepada mereka secara persuasif.
Perlu diketahui bahwa di awal terbentuknya Kabupaten Luwu Utara, kenakalan dan pertikaian antar pemuda masih sering terjadi. Tugas kepolisian benar-benar sangat berat. Sebab di beberapa tempat berbeda banyak permusuhan antar kampung. Mengurai masalah sangat rumit. Melahirkan tesa dan antitesa penyelesaian konflik sangat pelik bagi kepolisian.
Kita percaya bahwa segala upaya dari masa ke masa, Polres Luwu Utara berupaya menyelesaikan persoalan. Menjadikan Kabupaten Luwu Utara yang aman dan kondusif.
Terlebih saat memasuki pesta demokrasi, tugas kepolisian untuk menjaga kamtibmas dan memastikan proses pemilihan berjalan lancar.
Aswan, sebagai Kanit Intelkam pada saat itu ditempatkan di Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) Kabupaten Luwu Utara. Menjadi bagian yang mengawal kelancaran proses pesta demokrasi. Sepengetahuan saya, dia sejak awal terbentuknya Ed hoc penyelenggara pemilu sudah sering bertugas di sana.
Yang paling saya ketahui adalah di masa Pilpres 2014. Aswan yang masih setia dengan tas merahnya menjadi bagian dari Panwaslu. Dia banyak memberi saran pertimbangan kepada anggota Panwaslu dalam rangka solusi pemecahan masalah. Begitupun di KPU dirinya memposisikan diri sebagai konsultan dalam pemecahan masalah. Yang tujuannya bersama-sama mengawal Pemilu Damai.
Beberapa kali ada masyarakat yang datang marah-marah di kantor Panwaslu, Aswan-lah yang terlebih dahulu melakukan pendekatan persuasif. Sehingga pada akhirnya, kemarahan orang tersebut tidak berlanjut dan menerima alasan-alasan yang dikemukakan.
Sekitar satu tahun lalu, ada demonstrasi warga di Polres Luwu Utara. Bahkan mereka melakukannya beberapa kali. Karena dianggap tidak menemukan titik solusi atas masalah dan tuntutan yang disampaikan. Hingga saya mendengar langsung dari warga sekitar. “Apa na tidak ada Pak Aswan.” Dia pada saat itu memang sedang menjalani operasi dan dirawat di salah satu Rumah Sakit di Kota Makassar.
Lebih lanjut orang tersebut mengatakan bahwa hanya Aswan yang bisa melakukan pendekatan secara persuasif ke warga. Pola pendekatannya memang dianggap berbeda. Sebab, dia sangat dekat hubungan secara emosional dengan masyarakat biasa. Bergaul pun tidak pandang bulu. Dari kalangan elit, pemuda hingga tukang bangunan dan ojek dia mudah akrab. Bahkan diantara mereka ada yang bilang, polisi begini yang kita harapkan.
Polisi yang sudah berpangkat Inspektur Polisi Satu ini, juga sering menjadi andalan pimpinannya. Sewaktu Kompol Andi Mahdin bertugas sebagai Kasat Intelkam Polres Luwu Utara, dia pernah mengungkapkan “Itu Aswan andalan saya. Kalau dia dipindahkan dari sini (intelkam) akan keteteran kita.” Bahkan menurutnya, Unit Intelkam Polres Luwu Utara sering mendapat yang terbaik di Polda Sulsel karena peran Aswan.
Demikian pula dengan mantan Kasat Intel lainnya. AKP Palmer Sianipar, juga pernah menuturkan, pada saat terjadi konflik di Desa Sassa Baebunta. Ketika itu konflik sudah cenderung mengarah ke konflik SARA, namun berkat peran Aswan yang menjabat sebagai KBO Intel, dapat meredam konflik itu hingga akhirnya kedua pihak berdamai dan mengakhiri konflik. Melalui pola pendekatan khususnya kepada tokoh-tokoh pemuda setempat yang telah dipetakan sebagai faktor kunci. Dan ternyata Aswan memang akrab dengan mereka, sehingga mudah membangun komunikasi.
Aswan Raharja dengan nama asli Iptu M. Aswan Sahruddin, SH juga termasuk polisi yang terbilang cerdas dan bertanggung jawab atas pekerjaannya.
Saya pernah menyaksikan langsung saat menginap di rumahnya. Untuk membuat batu cincin yang lagi booming kala itu. Saya bangun untuk menunaikan salat subuh. Saya lihat, ternyata dia belum tidur semalam. Masih begelut di depan laptop kesayangannya. Seperti mahasiswa yang sedang kejar tayang menyelesaikan skripsi. Ternyata pria beranak tiga ini sedang menyelesaikan tugas kantor, yang harus diserahkan ke pimpinan pagi hari.
Terakhir, pria kelahiran 1983 ini merupakan sang penakluk. Dapat menaklukkan hati masyarakat. Termasuk menaklukkan hati perempuan. Tak jarang cewek yang harus berakhir kecewa setelah mengetahui bahwa dia sudah punya istri. Mungkin juga karena parasnya yang hitam manis membuat membuat orang terpesona.
Harapannya, lahirlah polisi-polisi cerdas seperti Iptu Aswan. Yang sangat dekat dengan masyarakat.
Bravo komandanku.
(Rizal Muthahhari)
Komentar