Luwu Utara, INPUTSULSEL.COM— Dinas Komunikasi, Informatika, Statistik, dan Persandian (Diskominfo SP) Kabupaten Luwu Utara siap mengambil peran untuk menyukseskan Program Pendampingan Petani Kakao dalam rangka peningkatan produktivitas kakao di Luwu Utara, yang dilaksanakan International Finance Coorporation (IFC) bekerjasama dengan LPPM-IPB University, Olam Food Ingredients (OFI) dan Crowde, sebuah perusahaan teknologi keuangan.
Pernyataan dukungan dan komitmen tersebut disampaikan langsung Kepala Diskominfo SP Luwu Utara, Arief R. Palallo, saat menjadi Narasumber pada kegiatan Dialog Pemangku Kepentingan yang dilaksanakan LPPM-IPB University bersama IFC, OFI dan Crowde, Rabu (29/6/2022), di Aula Kantor Bappelitbangda Luwu Utara.
Materi yang disampaikan Arief berjudul Pemanfaatan Teknologi Digital dalam Pelatihan dan Pendampingan Petani Kakao; Isu, Tantangan dan Solusinya. Materi ini disampaikan Arief di hadapan 30 peserta, di antaranya dari Mitra IFC-OFI, Mitra IFC-Crowde, LPPM-IPB University, Bappelitbangda, Dinas Pertanian, DP3AP2KB, Disporapar, Camat, PKK, dan perwakilan para Kelompok Tani.
Dalam pemaparannya, Arief menyebutkan ada tiga hal penting dalam mewujudkan Digitalisasi Kakao Perkebunan Rakyat. Tigal hal itu, sebut Arief, adalah infrastruktur, aplikasi dan literasi. “Tiga hal ini menjadi instrument penting yang saling melengkapi satu sama lain,” kata Arief. Terkait infrastruktur digital, saat ini Luwu Utara memiliki 99 menara atau Base Transceiver Station (BTS), 3 di antaranya berada di wilayah terpencil, yaitu 1 di Rampi dan 2 di Seko.
Untuk diketahui, Kabupaten Luwu Utara mendapat jatah 26 titik pembangunan BTS Non 3T dari Kementerian Kominfo tahun 2022. Empat di antaranya sementara dalam pembangunan, yaitu 3 di Kecamatan Rongkong, dan 1 di Kecamatan Sabbang.
“Tak hanya itu, Luwu Utara juga membangun infrastruktur digital jaringan optic broadband Telkom, yaitu sebuah koneksi internet yang memanfaatkan jaringan kabel fiber optic dengan kapasitas bandwidth yang lebih besar dan kecepatan yang lebih maksimal,” ungkap Arief.
Nah, yang menjadi tantangan saat ini, kata Arief, adalah penyebaran BTS yang bertumpuk di perkotaan atau di wilayah-wilayah ekonomis lainnya, sehingga menyebabkan kualitas download dan upload menjadi tidak stabil alias lalod. Salah satu solusi yang ditawarkan Arief untuk mendukung digital farming adalah menyiapkan akses internet yang lebih cepat.
“Penyediaan akses internet broadband berkecepatan tinggi pada zona-zona penghasil kakao menjadi urgen untuk segera kita lakukan dalam mendorong kelancaran digital kakao dengan pola bagi hasil dan pola jaminan keamanan investasi antara vendor dan BUMDes atau gabungan BUMDes,” papar mantan Kepala Kantor Pengelolaan Data Elektronik ini.
Instrumen pendukung lain adalah aplikasi. Seperti diketahui, Program Pendampingan Petani Kakao di Sulawesi Selatan, khususnya di Kabupaten Luwu Utara, ini juga menyiapkan sebuah platform digital berupa aplikasi seluler e-Cocoa yang telah dipatenkan. Aplikasi ini nantinya digunakan petani mengakses berbagai modul dan pelatihan via handphone. “Kami siap mendukung penerapan platform aplikasi e-Cocoa tersebut,” imbuhnya.
Dukungan Dinas Kominfo tentu tidak hanya sebatas ucapan tanpa implementasi. Sebagai bukti bahwa Diskominfo Luwu Utara turut memfasilitasi penyediaan platform Sistem Monitoring dan Evaluasi Program SFITAL Kakao Lestari. Hal ini membuktikan bahwa Kominfo selalu siap memberikan dukungan penyediaan platform digital dalam bentuk aplikasi.
“Sementara untuk pengembangan literasi Program Pendampingan Petani Kakao di Luwu Utara, kami akan terus mendorong penerapan digital farming, seperti platform digital budidaya, platform digital pascapanen, dan platform digital pemasaran. Tentu kami juga akan melakukan pendampingan SDM Muda Digital Farming Berkelanjutan,” pungkasnya. (*)
Komentar