Luwu Utara, INPUTSULSEL.COM — Tahapan verifikasi lapangan (verlap) Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik Tingkat Provinsi Sulawesi Selatan untuk 4 inovasi Luwu Utara berakhir, Kamis (24/3/2022). Verlap yang berlangsung sehari ini berjalan sukses.
Para inovator dari empat inovasi yang tembus Top 50 ini berhasil menampilkan yang terbaik. Alhasil empat inovasi mendapat apresiasi dari Tim Penilai KIPP Sulsel. Empat inovasi itu adalah Simodis (Dinas Kominfo SP), Pugalu Sip (Bappelitbangda), Kejar Stunting (Dinas Kesehatan) dan Kedai Bumil (Dinas Kesehatan).
Tim Penilai KIPP Sulsel yang terdiri dari Ahmar Djalil (NGO Kompak) dan Lukman Samboteng (STIA LAN Makassar), berhasil dibuat terkesima. Bagaimana tidak, para inovator juga menghadirkan penerima layanan atau penerima manfaat dari inovasi tersebut.
Verlap dimulai dari inovasi Simodis yang mengambil lokus di Ruang Command Center Kantor Bupati Luwu Utara. Inovator Simodis, Nirwan Sakir, menyampaikan alasan kenapa dirinya mengambil lokus ruang command center yang di dalamnya terdapat dashboard command center yang terintegrasi dengan pusat data.
Kata Nirwan, dalam dashboard tersebut terdapat banyak aplikasi, termasuk aplikasi Simodis yang merupakan inovasi unggulan Dinas Kominfo Lutra. “Ruang dashboard command center ini terlihat minimalis, tapi kaya fungsi. Terdapat sembilan layar yang dapat menampilkan aplikasi-aplikasi, salah satunya adalah Simodis,” kata Nirwan di hadapan Tim Penilai.
Tak hanya Simodis beserta dokumen-dokumen pendukung lainnya, dalam dashboard tersebut terdapat pula aplikasi monitoring SPBE yang dilakukan Kementerian PANRB, sehingga dapat dengan mudah membedakan antara aplikasi Simodis dan aplikasi KemenPANRB.
Yang menarik disampaikan Nirwan Sakir adalah bahwa aplikasi Simodis ini tidak memiliki kesamaan dengan aplikasi lain yang terkait dengan indeks SPBE di daerah lain di Sulawesi Selatan, bahkan Indonesia.
“Meski ada satu aplikasi yang polanya seperti Simodis, tapi kami meyakini inovasi ini adalah yang pertama, terkait sistem monitoring dan evaluasi pra mandiri SPBE yang tidak lagi dilakukan secara manual. Sementara di tempat lain mungkin masih manual,” jelasnya.
“Dan Alhamdulillah, berkat inovasi ini juga, indeks SPBE Kabupaten Luwu Utara adalah yang tertinggi di Provinsi Sulawesi Selatan, dan tertinggi kedua di Indonesia Timur,” sambungnya.
Untuk diketahui, SPBE adalah regulasi yang mengatur sebuah sistem di Indonesia yang terintegrasi dan terpadu. Kemudianbagaimanan sistem-sistem tersebut dapat meningkatkan eksistensi penyelenggaraan sistem pemerintahan berbasis elektronik di Indonesia.
Apa yang dipaparkan Nirwan mendapat apresiasi yang luar biasa dari Tim Penilai. Ahmar Djalil misalnya. Dia yakin inovasi Simodis dapat bersaing di tingkat nasional (Sinovik), tetapi dengan catatan, proposal inovasi ini dapat diperbaiki dan lebih dipertajam lagi.
“Setelah mendengar penjelasan yang begitu luar biasa dari inovator, saya yakin inovasi ini bisa bersaing di tingkat Sinovik KemenPANRB asalkan proposalnya dipermantap lagi,” imbau Ahmar. “Kasih bagus memang mi proposalnya,” sambung Lukman Samboteng, tim penilai lainnya.
Usai Simodis, Tim Penilai KIPP melanjutkan kegiatan verifikasi lapangan di Kantor Kecamatan Sukamaju Selatan untuk meninjau langsung proses inovasi Pugalu Sip. Di sana, beberapa penerima layanan hadir, mulai dari Aparat Pemerintah Kecamatan, Kepala Desa, BPD, sampai masyarakat biasa.
Semua penerima manfaat dalam testimoninya mengaku sangat terbantu dengan hadirnya Pugalu Sip, inovasi Bappelitbangda yang digagas Ovan Patuang. “Ini adalah inovasi yang luar biasa buat kami. Dengan inovasi ini, masyarakat bisa dengan mudah mengakses informasi pembangunan infrastruktur,” kata Sekcam Sukamaju Selatan, Eka Bayu Asmara.
Sementara itu, inovator Pugalu Sip, Ovan Patuang, mengaku masih memiliki kendala tentang kelancaran aplikasi Pugalu Sip. Karena menurut dia, inovasi ini masih sangat tergantung pada kelancaran signal. “Kami di Luwu Utara, masih ada sekitar 26 desa yang blank spot yang jadi kendala dalam pengaplikasian inovasi ini karena tergantung signal,” terang Ovan.
Dari Sukamaju Selatan, Tim Penilai yang didampingi Asisten II Muhammad Yamin, Asisten III Eka Rusli, Kabag Organisasi Muhammad Hadi, dan Tim Pelaksana Warkop Indah, melanjutkan perjalanan verlap-nya di Kecamatan Tanalili, kecataman yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Luwu Timur.
Lokus yang dikunjungi adalah Puskesmas Tanalili. Dua inovasi sekaligus diverlap oleh Tim Penilai di Puskesmas Kecamatan Tanalili, yaitu Kejar Stunting dan Kedai Bumil. Di Puskesmas itu, Kadis Kesehatan Marhani Katma turut menyambut kedatangan tim penilai.
Inovator Kejar Stunting, Nisma, di hadapan tim penilai menyampaikan bahwa inovasi Kejar Stunting adalah inovasi yang dapat mengatasi persoalan stunting di Kabupaten Luwu Utara. Pelibatan tenaga bidan dalam inovasi ini, kata dia, sangat membantu dalam proses pemijatan. Karena menurut dia, para bidan ini sudah mendapatkan pelatihan terlebih dahulu.
“Dengan pemijatan ini, refleks isap bayi itu lebih meningkat, dan tidurnya pun lebih nyenyak. Tidak lupa juga kami berikan penambahan nutrisi kepada bayi-bayi tersebut,” jelas Nisma, yang juga Kepala Puskesmas Tanalili ini.
Tim Penilai Ahmar Djalil rupanya tertarik dengan apa yang dijelaskan inovator Kejar Stunting. Ia pun ingin pembuktian bahwa dengan pemijatan, bayi-bayi akan lebih baik pertumbuhannya dan lebih baik dalam perkembangannya, terutama pascapijatan oleh bidan.
Ahmar bersama Tim Penilai lainnya, Lukman, meninjau proses pemijatan bayi yang letaknya di lantai dua Puskesmas Tanalili. Tak dinyana, kedua tim penilai ini terkesima melihat proses pemijatan yang dilakukan para bidan, utamanya bayi-bayi yang selesai dipijat.
“Kita lihat, bayi-bayi yang dipijat ini terlihat sangat menikmati. Tenang sekali. Ada yang sudah tertidur pulas setelah dipijat,” ucap Ahmar sambil mengambil gambar para bayi yang sedang dipijat.
Lain lagi apa yang disampaikan Lukman. Dia lebih fokus pada refleks isap bayi. “Saya sangat tertarik melihat gerak refleks isap bayi. Terbukti, dengan pijatan, bayi-bayi terlihat lebih segar dan tentunya sangat menikmati,” kata Lukman.
Inovasi terakhir yang diverlap adalah Kedai Bumil, di tempat yang sama, Puskesmas Tanalili. Inovasi Kedai Bumil, Juinar, kembali menegaskan bahwa inovasinya mampu memberikan manfaat terhadap ibu hamil yang ingin persalinan normal, setelah pada persalinan sebelumnya melahirkan secara sesar.
Salah seorang penerima manfaat memberikan testimoni yang sangat meyakinkan. Dalam testimoninya, ia mengaku melahirkan normal setelah pada proses persalinan sebelumnya, ia melahirkan sesar dua kali. “Alhamdulillah, anak ketiga saya lahir normal setelah mengikuti inovasi Kedai Bumil, dengan berat 4,1 kg,” ungkap dia.(*)
Komentar