Luwu Utara, INPUTSULSEL.COM– Berbicara inovasi, kurang elok jika tidak menyebut nama Anjas Rusli, inovator yang namanya sudah sangat familiar di Luwu Utara. Meski yang bersangkutan telah meninggal dunia, tapi segala karyanya akan tetap dikenang sampai kapan pun. Inilah yang kemudian mengilhami para inovator lain mengirimkan doa kepada almarhum di tengah-tengah Rapat Monitoring dan Evaluasi Keberlanjutan Inovasi Penerima Penghargaan TOP Inovasi Pelayanan Publik dari Pemerintah, Jumat (19/2/2021), di Ruang Rapat Sekda Luwu Utara.
Rapat dibuka Asisten Administrasi Umum, Eka Rusli, dan dipandu Kepala Bagian Organisasi Sekretariat Daerah, Muhammad Hadi, serta dihadiri Tim Pelaksana Warkop Indah dan para inovator seperti Muslim Muhtar (Sipena), Muharwan (Kampung Konservasi Pesisir), Arief R. Palallo (Gelisha), Suharto (Kesraku), Ahmad (GIS For E Control), Ramlan Madjid (Si Bang Tio), Andi Bachtiar (Kampung Penyelamat Jiwa), Awaluddin Andi Paso (Mata Pintar Menjawab), Yusuf A. Wani (Siwanda), Rustam Taslim (Pasar Tani Jumpa Lagi), dan Misbah Nur (Frozen Barbie)
Dalam rapat ini dibahas sejauhmana keberlanjutan seluruh inovasi yang telah mendapatkan apresiasi dan penghargaan dari pemerintah, baik tingkat nasional, provinsi, maupun kabupaten, dalam tiga tahun terakhir. Inovasi yang dibahas adalah Top Inovasi Pelayanan Publik 2018 dan Top Inovasi Pelayanan Publik 2019. Total ada 22 Top Inovasi Pelayanan Publik yang sejauh ini dinilai layak untuk terus mengembangkan inovasinya. Sebutlah misalnya Hipnoterapi, Sarjana Mengajar, Frozen Barbie, Kampung Penyelamat Jiwa, Kesraku, Gelisha, Kampung Konservasi Pesisir, Mata Pintar Menjawab, Sipena, dan GIS For E Control.
“Rapat hari ini sebenarnya adalah bagian dari tugas Tim Pelaksana Warkop Indah untuk mengecek sejauhmana implementasi inovasi yang sudah diterbitkan beberapa tahun terakhir,” kata Kabag Organisasi, Muhammad Hadi, yang juga Wakil Sekretaris Tim Pelaksana Warkop Indah. Kenapa monev mesti dilakukan? Hadi menjelaskan, yang paling penting dari sebuah inovasi bukan hanya dari sisi kebermanfaatannya, tapi juga bagaimana keberlanjutannya. Syukur-syukur, kata dia, ada inovator yang sudah melakukan replikasi inovasi.
“Kekhawatiran kita adalah jangan sampai ada inovasi yang hanya ingin memenuhi target kompetisi saja, tapi tidak memikirkan keberlanjutannya. Nah, inilah tujuan kita kenapa monev ini dilakukan. Dan Alhamdulillah, ada satu inovasi kita yang sudah direplikasi daerah lain melalui fasilitasi Pemprov Sulsel, yaitu inovasinya almarhum pak Anjas Rusli. Nah, kita mau inovasi-inovasi lain juga bisa seperti itu,” harap dia. Sekadar diketahui, dari 22 inovasi, hampir semuanya masih berlanjut pelaksanaannya. Meski juga ada satu – dua yang stagnan, sehingga butuh sentuhan semangat dan motivasi agar tidak berhenti di tengah jalan. (rls)
Komentar